Hingga akhir hayatnya, Bung Hatta, tak mampu membeli sepatu Bally yang diidamkannya. Sebuah guntingan iklan yang memuat alamat penjual sepatu tersebut masih tersimpan hingga kini, menjadi saksi keinginan sederhana seorang proklamator bangsa.
Ketika membaca kisah tersebut, saya merasa terharu. Seorang wakil presiden tak mampu memiliki sebuah sepatu merek terkenal, karena tabungannya tidak pernah mencukupi. Keperluan rumah tangga dan kedatangan kerabat yang meminta bantuan, selalu menggeser rencana membeli sepatu idaman tersebut.
Begitulah kehidupan pendiri bangsa Bung Hatta. Beliau seorang pejabat tinggi negeri, namun memiliki sikap hidup sederhana, tidak berlebihan, mendahulukan orang lain, dan membatasi konsumsi pada kemampuan diri sendiri.
Disadur dari buku : Bangkit Dengan & Budi Utama