Dzikir

Al Ghazali rahimahullah berkata:

Ketahuilah bahwa orang-orang yang memandang dengan cahaya bashirah mengetahui bahwa tidak ada keselamatan kecuali dalam pertemuan dengan Allah ta’ala, dan tidak ada jalan untuk bertemu Allah kecuali dengan kematian hamba dalam keadaan mencintai Allah dan mengenal Allah. Sesungguhnya cinta dan keakraban tidak akan tercapai kecuali dengan selalu mengingat yang dicintai. Sesungguhnya pengenalan kepada-Nya tidak akan tercapai kecuali dengan senantiasa berpikir tentang berbagai penciptaan, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Di alam wujud ini yang ada hanyalah Allah, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Sementara itu, tidak akan bisa senantiasa dzikir dan pikir kecuali dengan berpisah dari dunia berikut syahwat-syahwatnya dan mencukupkan diri dengannya sesuai keperluan. Tetapi itu semua tidak akan tercapai kecuali dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang dalam tugas-tugas dzikir dan pikir.

Karena tabi’at nafsu mudah jemu dan pesimis maka ia tidak bisa bertahan lama dalam satu “seni” aktiuitas yang dapat membantu melakukan dzikir dan pikir, sehingga manusia dituntut agar memberikan “kesegaran” dengan berganti-ganti dari satu “seni” ke “seni” yang lain, dari satu bentuk ke bentuk yang lain, sesuai dengan setiap waktu agar dengan pergantian tersebut dapat merasakan kelezatannya dan dengan kelazatan itu bisa mempertahankan semangat dan kelangsungannya. Oleh sebab itu, wirid-wirid dibagi kepada beberapa bagian yang beranega ragam. Jadi, pikir dan dzikir harus meliputi semua waktu atau sebagaian besarnya, karena tabi’at jiwa cenderung kepada kesenangan dunia. Jika seorang hamba mengalokasikan separuh waktunya intuk mengatur urusan dunia dan syahwatnya yang dibolehkan misalnya sedangkan separuh lainnya untuk berbagai ibadah, niscaya kecenderungan kepada dunia akan lebih berat karena hal ini sesuai dengan tabi’atnya. Dalam “pertarungan” antar kedua kecenderungan itu, tabi’at berpihak kepada kecenderungan dunia, karena zhahir dan batin manusia saling membantu pada perkara-perkara dunia sehingga hati menjadi terarahkan untuk mencarinya. Sedangkan kembali kepada ibadah merupakan hal yang berat dan hati tidak aapat berkonsentrasi penuh kepadanya kecuali pada waktu-waktu tertentu. Karena itu, barangsiapa yang ingin masuk surga tanpa hisab maka hendaklah mengoptimalkan waktunya untuk ketaatan, dan barangsiapa ingin daun :imbangan kebaikan dan kebajikannya lebih berat maka hendaklah ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk ketaatan. Jika ia mencampur-iduk amal shalih dengan amal keburukan maka ia berada dalam bahaya, tetapi harapan tak pernah terputus dan ampunan dari kedermawanan Allah senantiasa dinantikan; semoga Allah berkenan mengampuninya dengan kedermawanan-Nya. Itulah yang dapat terungkap oleh orang-orang yang memandang (kehidupan dan permasalahan) dengan cahaya bashirah. Jika Anda tidak termasuk di antara mereka maka perhatikanlah khithab Allah kepada Rasul-Nya dan seraplah dengan cahaya iman. Allah berfirman kepada hamba-Xya yang paling dekat dan paling tinggi derajatnya di sisi-Nya:

“Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Al Muzzammil: 7-8)

“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” (Al Insan: 25-26)

“Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam.” (Qaaf: 39-40)

“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).” (Ath Thur: 48-49)

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al Muzzammil: 6)

“Dan bertasbihlah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” (Thaha: 130)

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud: 114)

Kemudian perhatikanlah bagaimana dan dengan apa Allah menyebutkan sifat-sifat para hamba-Nua yang sukses:

“(Apakah kamu hai orang musyrikyang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (siksa) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az Zumar: 9)

“Lambung mereka itu jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap.” (As Sajadah: 16)

“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (Al Furqan: 64)

~Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz Dzariyat: 17-18)

“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada dipetang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh.” (Ar Rum: 17)

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.” (Al An’am: 52)

Ini semua menjelaskan kepada Anda bahwa jalan kepada Allah ialah dengan memenej waktu dan menyemarakkannya dengan wirid-wirid secara ajeg. Oleh sebab itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Hamba yang paling dicintai Allah ialah orang-orang yang menjaga matahari, bulan dan bayang-bayang untuk mengingat Allah” (Diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Hakim, ia berkata: Shahih sanad-nya)

Allah berfirman:

“Matahari dan bulan (beredar) menurutperhitungan.” (Ar Rahman: 5)

“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu., kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yangperlahan-lahan.” (Al Furqan: 45-46)

“Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah(nya).” (Yasin: 39)

“Dan Dialah yang menciptakan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.” (Al An’am: 97)

Janganlah Anda mengira bahwa tujuan dari peredaran matahari dan dengan perhitungan yang cermat dan teratur; serta penciptaan bayang-bayang, cahaya dan bintang-bintang itu, hanya untuk membantu urusan dunia tetapi juga untuk mengetahui ukuran-ukuran waktu penunaian berbagai ceaatan dan perniagaan akhirat, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:

“Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (Al Furqan: 62)

Yakni keduanya saling silih berganti untuk menyusuli ketinggalan yang ada pada yang lain, dan dijelaskan bahwa hal ini adalah dzikir dan syukur. Allah berfirman:

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan.” (Al Isra’: 12)

Karunia yang diharapkan itu adalah pahala dan ampunan. Semoga Allah memberikan taufiq kepada apa yang diridhai-Nya.

[Saya (Sa'id Hawwa) berkata: Orang yang menghendaki akhirat harus membuat program rutin untuk dirinya berapa bacaan istighfar, tahlil, shalawat atas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan dzikir-dzikir ma'tsur lainnya, sebagaimana ia harus membiasakan lisannya untuk dzikir terus menerus seperti tasbih, istighfar, tahlil, takbir, atau hauqalah (laa haula walaa quwwata illaa billah), untuk menambah program rutin tersebut dengan berbagai shalat, ibadah dan amalan-amalan yang telah kami paparkan. Kesucian dan ketinggian jiwanya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah melaksanakan sarana-sarana tazkiyah, baik ia merasakannya ataupun tidak.]