Segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta'alla dengan pujian yang banyak, Tuhan semesta alam, segala puji bagi
Allah yang telah menganugrahkan balasan kebaikan kepada orang-orang yang
berzikir kepada -Nya balasan yang tidak berikan -Nya kepada seorangpun di alam
semesta ini, memperkenankan semua permohonan mereka dengan penuh kedermawanan,
mengangkat derajat mereka bersama malaikat-malaikat yang derajatnya tinggi:
قال الله تعالى: ﴿ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ
فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴾ [ال عمران: ٩١]
"(yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha SuciEngkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Ali Imron : 91).
Aku bersaksi
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang
Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, Zat Yang Paling berhak untuk
disebut-sebut, Yang Paling utama untuk dipuji. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu
'alaihi wa sallam adalah hamba hamba dan rasul -Nya, orang terbaik yang
selalu berdzikir kepada Allah Shubhanahu
wa ta'alla, orang terbaik dalam bersyukur kepada -Nya. Dia mengjarkan kepada
kita: “Sungguh aku mangucapkah Subhanallah, wal hamdulillah, wa la ilaha
illa Allah, wa Allahu Akbar lebih aku cintai dari apa yang menyebabkan matahari
itu terbit”. HR. Muslim, kitab Al-Zikar wa du’a hal. 2695.
Amma Ba’du. Wahai
sekalian hamba Allah Shubhanahu
wa ta'alla, Aku berwasiat kepada kalian agar selalu bertaqwa kepada -Nya. Dan
ketahuilah bahwa orang yang mengingat Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam dirinya niscaya
Dia pasti mengingatnya di dalam dirinya, dan barangsiapa yang mengingat Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam sebuah
kelompok maka Allah Shubhanahu
wa ta'alla pasti mengingat -Nya dalam kelompok yang lebih baik darinya di dalam
sebuah pertemuan suci, dan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, merekalah orang-orang
yang dekat dengan Allah Azza Wa Jalla.
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Tidakkah kalian mau jika aku memberitahukan
kepada kalian tentang perbuatan yang paling baik, amalan yang paling suci di
sisi Penguasa kalian, lebih tinggi derajatnya, lebih baik dari menginfakkan
emas atau perak, dan labih baik dari berperang melawan musuh-musuh kalian lalu
kalian membunuh mereka atau mereka membunuh kalian?. “Ya”. Jawab para shahabat.
“Berdzikir kepada Allah Ta’ala”. Jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam.[1]
Suatu saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memasuki
mesjid, ternyata di dalamnya beliau menemukan seorang lelaki dari kaum Ansor,
bernama Abu Umamah. Rasulullah beratanya kepadanya: “Wahai Abu Umamah mengapa
engkau duduk termangu di dalam mesjid bukan pada waktu shalat? “Aku sedang
dikuasai kebimbangan karena hutang yang melilit”. Jawabnya. Tidakkah aku
mengajarkan kepada kalian sebuah do’a yang apabila engkau diucapkan maka Allah Shubhanahu wa ta'alla akan menghilangkan
kebimbanganmu dan dirimu terbebas dari hutang piutang?. “Aku tentu mau wahai
Rasulullah”. Jawabnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila engkau berada di waktu pagi atau petang maka ucapkanlah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، و أَعُوْذُ بِكَ من َالْعَجْزِ
وَالْكَسَلِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ ، وَ أَعُوْذُ بِكَ
مِنَ غلبة الدَّيْنِ وَقهر الرِّجَالِ» [ أخرجه أبو داود ]
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, aku berlindung kepadaMu
dari (hal yang) kelemahan dan malas, aku berlindung kepadaMu dari (hal yang)
membuatku menjadi bakhil dan penakut, aku berlindung kepadaMu dari lilitan
hutang dan penindasan orang
Shahabat
tersebut berakta: Akupun mengucapkannya dan Allah menghilangkan kebimbanganku
dan hutangkupun terbayar”.HR. Abu Dawud kitab shalat hal. 1555.
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma
berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa
yang selalu beristighfar maka Allah Shubhanahu wa ta'alla akan menjadikan
baginya jalan keluar pada setiap kesempitan yang menghimpitnya, melapangkannya
dari setiap kebimbangan dan memberikannya rizki dari jalan-jalan yang tidak disangka-sangkanya”.HR.
Abu Dawud, kitab shalat hal. 1018, Ibnu Majah dan Ahmad.
Wahai saudaraku sekalian. Allah Shubhanahu
Wa Ta’ala telah memerintahkan kita untuk banyak berdzkir kepada -Nya.
Seperti yang disebutkan di dalam firaman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا ٤١
وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا ﴾ [الاحزاب: 41-42]
"Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya diwaktu pagi dan petang". (QS. Al-Ahzab: 41-42).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa mengingat -Nya
lebih besar dari segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman:
"dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain)". (QS. Al-Ankabut:45).
Mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai salah satu faktor
yang menjadikan hati merasa tentram:
"Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram". (QS. Al-Ra’du: 2)
Dan Allah Ta’ala telah memuji kaum beriman yang selalu berzikir kepada
Allah Shubhanahu wa ta'alla baik dalam keadaan berdiri, duduk dan
berbaring.
Pola hidup inilah
yang dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di mana
beliau berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam segala
kondisi beliau, dan di dalam sabda beliau yang telah kita sebutkan sebelumnya: Tidakkah
kalian mau jika aku memberitahukan kepada kalian tentang perbuatan yang paling
baik, amalan yang paling suci di sisi Penguasa kalian, lebih tinggi derajatnya,
lebih baik dari menginfakkan emas atau perak, dan labih baik dari berperang
melawan musuh-musuh kalian lalu kalian membunuh mereka atau mereka membunuh
kalian?. “Ya”. Jawab para shahabat. “Berzikir kepada Allah Ta’ala”. Jawab
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.[2]
Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam menjadikan zikir lebih baik dari berinfak di jalan Allah Shubhanahu
wa ta'alla dan berjihad di jalan -Nya. Berzikir kepada Allah Shubhanahu
wa ta'alla adalah wasiat yang telah diberikan kepada salah seorang sahabat
yang merasa syi’ar Islam telah banyak dan berat baginya. Suatu ketika seorang
shahabat mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Wahai
Rasulullah, aku merasakan syari’at Islam telah banyak bagiku, maka
beritahukanlah kepadaku tentang sebuah tuntunan yang selalu aku perbuat:
“Lisanmu selalu basah dengan berzikir kepada Allah”. HR. Al-Tirmudzi kitab
al-da’wat, Ibnu Majah dan Ahmad.
Berzikir
kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah salah satu tanda keikhlasan,
orang yang berzikir kepada -Nya di dalam keheningan dan air matanya berlinang
karena takut kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla akan berada di bawah
naungan -Nya pada hari kiamat, majlis-majlis dzikir selalu dinaungi oleh para
malaikat, diliputi rahmat dan ketenangan diturunkan padanya dan Allah
menyebutnya di sisi -Nya pada kelompok yang lebih baik di sisi Allah Shubhanahu
wa ta'alla.
Berzikir kepada
Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah faktor yang menyebabkan Nabi Yunus 'alihissalam
diselamatkan:
قال الله تعالى: ﴿فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ . لَلَبِثَ فِي بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ﴾ [الصافا ت: 143-144]
"Maka kalau sekiranya dia tidak
termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah . Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan
itu sampai hari berbangkit". (QS. Al-Shaffat: 143-144).
Berzikir
kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah salah satu cara untuk
melepaskan kekangan setan dari seorang muslim, di mana pada saat seseroang
tidur maka setan mengikatnya dengan tiga kekangan, dan apabiala dia bangun dari
tidurnya lalu berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla maka lepaslah
satu ikatan, apabila dia berwudhu maka terlepaslah ikatan yang lain dan apabila
dia mendirikan shalat maka terlepaslah ikatan yang ketiga. Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Perumpamaan orang yang selalu berzikir kepada Allah,
Tuhannya dan orang yang tidak berzikir kepadaNya sama seperti orang yang mati
dan hidup”.HR. Al-Bukhari, Kitab Al-D’awat hal. 6407.
Dan penghuni surga tidak merasa rugi terhadap sesuatu apapun kecuali
atas berlalunya masa yang tidak dimanfaatkan untuk berzikir kepada -Nya pada
saat mereka hidup di dunia. Dan seyogyanya bagi kita untuk menela’ah sebagian
dari manfaat berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, semoga kita
terdorong untuk selalu menjaganya. Imam
Ibnul Qoyyim rahimhullah telah menyebutkan lebih dari seratus point keutamaan
berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, dan seandainya dzikir itu
tidak penting niscaya perintah untuk berdzikir
tidak ditekankan baik di dalam Al-Qur’an maupun sunah, di mana banyak
perintah berzikir kita temukan di dalam kitab Allah Shubhanahu wa ta'alla
atau di dalam sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Shubhanahu
wa ta'alla telah memerintahkan berdzikir dalam kondisi yang paling kritis,
di mana Allah memrintahkan untuk berdzikir di saat bertemu dengan musuh:
قال الله تعالى: ﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمۡ
فِئَةٗ فَٱثۡبُتُواْ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ﴾ [الأنفال: 45]
"Hai orang-orang yang beriman apabila
kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. QS. AL- Anfal: 45".
Di
antara manfaat berzikir adalah: Mengusir setan dan mendatangkan keredhaan Allah
Shubhanahu wa ta'alla Yang Maha Rahman. Dia menghilangkan kebimbangan
dan kesedihan hati, menjadikan hati merasa tentram, membuat wajah menjadi
bersinar terang dan berzikir juga sebagai salah satu faktor pembawa rizki….
Di antara manfaat
dzikir adalah tumbuhnya rasa cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla di
dalam hati sanubari, dan orang yang mencintai sesuatu maka dia akan selalu
menyebutnya. Di antara manfaat dzikir adalah tumbuhnya jiwa yang selalu kembali
kepada -Nya, maka Allah Shubhanahu wa ta'alla sebagai Zat untuk
berlindung kepada -Nya….
Di antara manfaat
dzikir adalah sebagai pintu untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan, di mana dia akan memahami berbagai macam ilmu
yang tidak dipahaminya kecuali dengan berzikir kepada Allah Shubhanahu wa
ta'alla. Oleh karena itulah banyak para ulama yang memanfaatkan zikir
kepada Allah sebagai sarana untuk
memahami perkara-perkara yang sulit. Lihatlah syikhul Islam Ibnu Taimiyah, dia
berkata: Terkadang aku tidak memahami suatu masalah lalu aku beristigfar
seratus kali kemudian berdo’a kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla: Ya
Allah Yang telah mengajarkan Nabi Ibrahim, ajarkanlah ilmu ini kepadaku, Ya
Allah Yang telah memberikan kepahaman kepada Nabi Sulaiman berikanlah kepahaman
kepadaku”. Ibnul Qoyyim murid Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata tentang
syekhnya: Apabila beliau telah melaksanakan shalat fajar maka beliau tetap
duduk pada majlisnya guna berzikir
kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla dan meminta ampun kepada -Nya sampai
matahari meninggi, lalu aku bertanya kepadanya kenapa hal itu dilakukannya:
Wahai anakku, inilah sarapan pagiku dan seandainya aku meninggalaknnya maka hancurlah
kekuatanku”.
Di antara manfaat
zikir adalah dia bisa membuat hati menjadi kuat dan mengokohkannya di saat yang
paling genting. Oleh karena itulah kita melihat banyak peperangan yang
dimenangkan oleh kaum muslimin padahal jumlah mereka sedikit sementara musuh
berjumlah banyak dan senjata yang kuat.
Di antara manfaat
dzikir adalah dia menghapuskan sikap menjauh antara seorang hamba dengan
Tuhannya. Majlis dzikir adalah majlis yang dikelilingi oleh para malaikat dan seorang
hamba akan terbebas dari kerugian pada hari kiamat.
Sekalipun berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah
ibadah yang paling mudah dan paling gampang bagi seorang hamba namun timbangan
pahalanya sangat berat di sisi Allah Shubhanahu wa ta'alla pada hari
kiamat kelak, sebab Nabi Muhammad Shallallahu aliahi wa sallam bersabda:
Dua kalimat yang ringan di lisan, berat timbangannya dan disenangi oleh
Allah Yang Maha Penyayang adalah: Subahanallahil Aziim dan Subahanallahu Wa bi
Hamdihi”. Al-Bukhari kitab Al-Da’wat hal: 6406. Dua kalimat ini tidak
membutuhkan waktu yang banyak dan tanaga yang besar namun dia hanya membutuhakn
taufiq dan hidayah dari Allah Shubhanahu wa ta'alla semata.
Tanaman-tanaman surga adalah dzikir kepada Allah Shubhanahu wa
ta'alla. Di dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Aku telah bertemu dengan Nabi Ibrahim pada
peristiwa isra’ mi’raj dan dia berkata: Wahai Muhamad samapikanlah salamku
kepada umatmu dan beritahukan kepada mereka bahwa surge itu memiliki tanah yang
indah, air yang segar di dalamnya terdapat sebuah tanah lapang yang dan tanaman
yang tumbuh padanya adalah سبحان الله والحمد لله ولاإله إلا الله
والله أكبر HR. Turmudzi kitabud da’wat hal.3462 hadits shahih. Oleh karena itulah
orang yang mengatakan: سبحان الله وبحمده maka
akan ditanamkan baginya sebuah tanaman di dalam surga.
Berzikir kepada Allah akan membuat
hati menjadi lembut dan tidak keras. Seorang lelaki datang kepada salah seorang
ulama salaf dan mengadu kepadanya kekerasan hatinya serta ketidak khusyu’an dan
ketundukannya kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla lalu dia menjawab: Tatalah
kekerasan hatimu dengan berzikir kepada Allah Shubhanahu
wa ta'alla.
Berzikir adalah salah satu cara
untuk mendatangkan nikmat Allah:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu,". (QS. Ibrahim: 7).
Berzikir
kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla sebagai salah satu sebab seseorang
hamba menadapat do’a ampunan dari para malaikat:
قال الله تعالى: ﴿ ياأيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا . وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا .
هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ
لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيمٗا ﴾ [الأحزاب : 41-43 ]
”Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi
dan petang. Dialah yang memberi rahmat
kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan
kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Ahzab: 41-43)
Allah Ta’ala membanggakan orang-orang yang berzikir kepada -Nya di hadapan para malaikat.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimhullah di dalam kitab shahihnya dari Abi
Said berkata: Mu’awiyah keluar menuju sebuah kelompok di dalam masjid lalu dia bertanya:
“Apakah yang mendorong kalian duduk-duduk berkumpul di sini? “Kami duduk-duduk
untuk berzikir kepada Allah”. Jawab mereka. “Demi Allah kalian tidak berkumpul
kecuali karena tujuan tersebut?”. Tanyanya kembali. “Demi Allah kami tidak
berkumpul kecuali karena tujuan tersebut”. Jawab mereka kembali. Lalu Mu’awiyah
berkata: “Sesungguhnya aku tidak meminta kalian bersumpah atas nama Allah Shubhanahu
wa ta’alla karena aku mencurigai kalian, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam keluar menuju para shahabat yang sedang berkumpul lalu
beliau bertanya: “Apakah yang mendorong kalian duduk-duduk di sini? “Kami duduk
berkumpul guna berdzikir kepada Allah dan memuji -Nya karena telah menunjukkan
dan menganugrahkan Islam kepada kami”. Jawab mereka. “Demi Allah kalian tidak
duduk berkumpul kecuali karena tujuan tersebut?”. Tanya Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam kepada mereka. Mereka menjawab: “Demi Allah kami tidak
duduk kecuali karena hal tersebut”. Lalu beliau bersabda: Demi Allah, aku tidak
meminta kalian bersumpah karena aku mencurigai kalian, akan tetapi Jibril
datang kepadaku bahwa Allah Ta’ala membanggakan kalian di hadapan para
malaikat”. HR. Muslim kitab Al-Zikr Wa Du’a hal. 2701.
Wahai
saudara-saudara yang beriman! Kitab-kitab hadits penuh dengan berbagai
baca-bacaan dzikir, do’a dan wirid-wirid yang dianjurkan untuk membacanya dalam
kehidupan sehari-hari baik siang atau malam, baik pagi atau petang. Di antara dzikir-dzikir
tersebut ada yang bersifat mutlak yang boleh diucapkan setiap waktu dan keadaan
dan ada sebagian dzikir yang diucapkan pada saat sebab-sebabnya ada.
Kami akan
ketengahkan contoh-contoh dzikir ini semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan
petunjuk -Nya bagi kita untuk bisa menghapalnya, agar lisan kita selalu mengucapkannya
dan kita dicatat sebagai orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah.
Di antaranya,
hadits yang berbicara tentang orang yang dirundung kebimbangan, kebingungan,
bencana atau petaka. Yaitu do’a yang diucapkan oleh Dzin Nun alaihis salam:
قال الله تعالى: ﴿ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي
كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴾ [الأنبياء:
87]
"Bahwa tidak ada Tuhan selain
Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang
zalim." (QS. Al-Anbiya’: 87).
Dan apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ditimpa
suatu musibah maka beliau berkata: Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam dirundung kesusahan karena suatu perkara maka beliau membaca: “يا حي يا قيوم
برحمتك أستغيث” Ya Allah Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri
Sendiri dengan rahmatMu aku memohon pertolongan”. HR. Turmudzi, kitabud da’wat
hal. 3524.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan tuntunan
bagi orang yang banyak hutang dan kebingungan untuk mengucapkan do’a seperti
apa yang diriwayatkan oleh Ali radhiallahu anhu dan sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam kepada orang yang tidak mampu membayar hutangnya:
Tidakkah aku mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang telah diajarkan
kepadaku oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam walau seandainya
engkau memiliki hutang sebesar gunung niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan
menunaikan hutangmu dan beliau mengajarkan: bacalah
اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ
حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya
Allah! Cukupilah aku dengan rezeki -Mu yang halal (hingga aku terhindar) dari
yang haram. Perkayalah aku dengan karuniaMu (hingga aku tidak minta) kepada
selainMu.” [154]
Wahai orang-orang
yang beriman hendaklah kalian selalu berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan bertaqwa kepada -Nya dan ingatlah firman Allah Ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ
أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ﴾ [ المنافقون: 9]
”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian Maka mereka
Itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al Munafiqun: 09).
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata, Tuhan semesta alam. Semoga Allah Shubhanahu wa
ta’alla mencurhkan shalawat dan salam kepada penghulu kita Muhammad Shalallahu
‘alihi wasallam, kepada keluarga dan para shahabatnya.
Khutbah Kedua
Segala puji hanya milik Allah Shubhanahu
wa ta’alla, Tuhan semesta alam, dan kesudahan yang baik hanya bagi orang-orang
yang bertaqwa dan tiada permusuhan kecuali kepada orang-orang yang dzalim. Dan
aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali
Allah Shubhanahu wa ta’alla, Pelindung orang-orang yang shaleh, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, imam orang-orang yang
bertaqwa…
Amma Ba’du: Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ
فِي رَسُولِ ٱللَّهِ
أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ
ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا﴾ [الأحزاب: 21]
“Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat”. (QS. Al-Ahzab: 21).
Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka
ikutilah petunjuk mereka. (QS. Al An’am: 90).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
telah mengajarkan kepada kita berbagai bacaan dzikir yang semestinya dibaca
pada setiap sisi kehidupan. Di antaranya ada bacaan dzikir yang dibaca saat
tidur dan bangun tidur, di dalam shahihul Bukhari dari Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang bangun dari tidurnya pada waktu malam lalu membaca:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ
إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. الحَمْدُ لِلَّهِ وسُبْحَانَ
اللهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ أللهم اغْفِرْ لِيْ [أخرجه
البخاري]
‘Tiada Tuhan yang haq selain Allah, Yang Maha
Esa, tiada sekutu bagi -Nya. Bagi -Nya kerajaan dan pujian. Dia -lah Yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu. segala puji bagi Allah Maha Suci Allah, tiada Tuhan
yang haq selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan, kecuali
dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung’. ‘Wahai, Tuhanku!
Ampunilah dosaku’. Dan
apabila dia berdo’a maka Allah akan mengabulkan do’anya dan apabila dia
berwudhu’ dan shalat maka shalatnya akan terima”.HR. Bukhari kitab Al Jum’ah
hal. 1154
Saudara
sekalian. Manhaj generasi salaf sangat
jelas dan terang bagi orang yang menela’ah perjalanan hidup dan sejarah mereka.
Mereka bangun pagi sebelum waktu fajar tiba, lalu mendirikan shalat malam
semampu mereka kemudian mengakhiri shalat malam dengan mengerjakan shalat witir
sebelum fajar tiba.
Allah
Ta’ala memuji orang-orang yang mengucapakan istighfar pada waktu sahur, lalu
apabila fajar telah terbit dia bangkit mendirikan dua rekaat sunnah fajar,
kemudian diikuti dengan menidirikan shalat dua rekaat fajar, setelahnya duduk
berzikir sehingga matahari terbit seukuran tombak kemudian dilanjutkan dia
bangkit mendirikan shalat dua rekaat. Barangsiapa yang mengerjakan aktifitas
ini secara berkesinambungan maka lisannya termasuk lisan yang senantiasa berdzikir
kepada Allah Azza Wa Jalla dan termasuk orang-orang yang banyak berdzikir
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, orang-orang yang dijanjikan oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla, dengan ampunan -Nya, pahala yang agung dan
kemenangan di dunia dan akherat.
Saudaraku
yang beriman, nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sangat
bersungguh-sungguh dalam mengajarkan para shahabat berbagai macam bacaan dzikir.
Bahkan disebutkan di dalam riwayat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam mengajarkan kepada para shahabat untuk selalu beristiharah di dalam
segala perkara mereka sebagaimana beliau mengajarkan kepada mereka surat-surat
Al-Qur’an.[3]
Diriwayatkan
oleh Mus’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqas dari bapaknya radhillahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersungguh-sungguh mengajarkan kepada kami bacaan-bacaan dzikir
di bawah ini sebagaimana seseorang mengajarkan tata cara menulis:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللهم إني أعوذبك من البخل وأعوذبك من
الجبن و أعوذبك من أن نرد إلى أرذ العمر و أعوذبك من فتنة الدنيا وعذاب الآخرة » [ أخرجه
البخاري ]
“Ya Allah kami berlindung kepada -Mu dari sifat
kikir, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut, dan aku berlindung
kepadaMu dari dikembalikan kepada usia yang lanjut, aku berlindung kepadaMu
dari fitnah dunia dan siksa kubur”. Al-Bukhari, kitab da’wat hal 6027.
Dan apabila salah seorang di antara mereka salam
mengucapkan suatu bacaan tertentu; mendahulukan kata-kata yang disebutkan
belakangan maka mereka kembali merevisi bacaan mereka dihadapan Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam agar amalkan dengan penuh ketepatan.
Dari Al Barra’ bin
Azib radhiallahu anhu berkata; Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apabila
kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah di sisi pinggangmu yang sebelah kanan lalu ucapaknlah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وجهي إِلَيْكَ،
وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ
ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا
مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ
الَّذِيْ أَرْسَلْتَ
» [ أخرجه أحمد في مسنده ]
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu,
aku menyerahkan urusanku kepada -Mu, aku menghadapkan wajahku kepada -Mu, aku
menyandarkan punggungku kepada -Mu, karena senang (mendapatkan rahmat -Mu) dan
takut pada (siksaan -Mu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat
perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman) -Mu, kecuali kepada -Mu. Aku
beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) Nabi -Mu yang
telah Engkau utus.” (HR. Ahmad).
Apabila engkau meninggal dunia (di waktu
tidur), maka kamu akan meninggal dunia dengan memegang fitrah (agama Islam)”.
Apabila dirimu meninggal pada malam itu maka engkau mati dalam keadaan fitrah.
Dan jadikanlah bacaan tersebut sebagai ucapan terakhir yang terucap
darimu. Perawi berkata: Maka akupun memperdengarkan bacaanku kepada Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam dan pada saat bacaanku sampai pada kalimat:
(آمَنْتُ بِكِتَابِكَ
الَّذِيْ أَنْزَلْتَ) lalu aku berkata: (ورسولك)
maka beliau menegurku: “Bukan itu”, tegur beliau, yang benar adalah
Demi Allah, semua dzikir-dzikir ini adalah perisai yang menjaga
seseorang dari tipu daya setan baik jin dan manusia, penangkal dari segala yang
membahayakan manusia.
Saudaraku
seiman, aku berwasiat kepada kalian untuk selalu membaca dzikir-dzikir ini,
memiliki buku-buku yang menghimpun bacaan-bacaan dzikir ini, semuanya mudah
didapatkan, di antara buku-buku tersebut ada yang besar seperti kitab karangan
imam Nawawi, dan diantaranya ada kitab-kitab saku yang kecil yang mudah di bawa
ke mana-mana.
Janganlah
kita hanya mengkhususkan diri kita semata dengan bacaan-bacaan dzikir tersebut,
hendaklah kita didik anak-anak kita untuk selalu membaca dzikir-dzikir ini agar
mereka tumbuh dan terbiasa dengan berdzikir dan taat kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla.
Di akhir khutbah ini aku
mengingatkan kepada saudara-saudaraku seiman dengan sebuah bacaan yang
merupakan salah satu bekal yang sangat agung di dalam surga, aku mewasiatkan
kalian dan diriku sendiri untuk selalu menjaganya, itulah sayyidul istigfar, di
mana orang yang membacanya di saat pagi dan petang dan dia meyakininya lalu
meninggal dunia pada hari tersebut atau pada malam tersebut maka dia pasti
masuk surga. Bacaan zikir tersebut adalah:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ
وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ
وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ
مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ
بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ
بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. [ رواه البخاري]
“Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku,
tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan
aku. Aku adalah hamba -Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku berlindung kepada - Mu
dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui
dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau.” Al-Bukhari kitabud Da’wat: hal. 6306.
Jagalah agar selalu tetap membaca ayat kursi setiap kali
selesai shalat sebab orang yang selalu membacanya setelah selesai shalat maka
sungguh tidak ada penghalang antara dirinya dengan surga kecuali jika dia meninggal
dunia.
Wahai
sekalian manusia: Seorang yang shaleh pernah berkata; Sungguh jika aku
melakukan suatu maksiat maka aku mendapatkan akibatnya pada prilaku hewan dan
istriku (yang aneh), sebuah akibat yang begitu sensitif. Alangkah jernihnya
hati dan jiwa mereka. Sebalikanya, kita melihat sebagian orang yang tenggelam
dan dikalahkan oleh kemaksiatan serta hawa nafsu membela diri dengan berbagai
alasan saat bencana dan musibah menimpa mereka dan mereka lupa bahwa yang
menciptakan semua itu adalah Zat yang menciptakan sebab dan Tuhan semesta alam,
pencipata segala sesuatu dari tanah, yang menangguhkan akibat suatu kemaksiatan
namun Dia tidak pernah lengah sedikitpun, menganugrahkan segala nikmat -Nya
kepada seluruh hamba-hamba -Nya sekalipun mereka bermaksiat kepada -Nya,
menampakkan kepada mereka sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah Shubhanahu
wa ta’alla sebagai peringatan walau mereka tetap tidak mau menyadari.
Sesungguhnya benci terhadap kemaksiatan adalah sebagai
bukti adanya keimanan di dalam sanubari seorang hamba, disebutkan di dalam
sebuah hadits: Sesungguhnya apabila orang yang beriman berbuat suatu kebaikan
maka dia gembira dengannya dan dia mengharap pahala dari perbuatan tersebut,
dan apabila dia terjebak kemaksiatan maka dia takut dengan akibat kemaksiatan
tersebut”.
Inilah
yang dapat saya sampaikan, dan ucapkanlah shalawat dan salam kepada peminpin
dan penghulu kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, para keluarga
dan para shahabatnya yang mulia. Dan aku berdo’a kepada Allah Ta’ala agar Dia
menjadikan kita sebagai orang yang selalu berdzikr kepada -Nya, mempermudah
jalan yang kita tempuh, melapangkan dada-dada kita, menyampaikan kita kepada
tujuan kita baik dalam urusan agama, dunia dan akhirat.
[1] HR.Al-Turmudzi, kitabud da’awat hal. 3377,
Ahmad, al Musnad 1195, Imam Malik, Al Muwatha’, al nida’ lishalat hal.490
[2] HR.Al-Turmudzi, kitabud da’awat hal. 3377,
Ahmad, al Musnad 1195, Imam Malik, Al Muwatha’, al nida’ lishalat hal.490
[3] Al-Bukhari Kitab Tauhid Hal. 6955.