Mengenal Imam Al Awza'i
Ada lima yang dilakukan dengan baik oleh para Sahabat Rasulullah saw. dan para tâbi’în, yaitu: senantiasa berpegang teguh dengan jamaah (Khilafah); selalu mengikuti sunnah; biasa memakmurkan masjid; biasa membaca al-Quran; biasa melakukan jihad fi sabilillah (Imam Al Awza'i)
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin ‘Amr al-Awza’i (wafat 157 H). Ia seorang ulama besar di Syam yang terkenal tsiqah sekaligus ahli fiqih terkemuka. Ia lahir di Ba’labaka tahun 88H, dan besar di Kurk, lalu pindah ke Beirut (Libanon) hingga wafat di sana.
Al-Awza’i sudah dijadikan tempat bertanya tentang berbagai masalah fiqih pada usia 13 tahun. Ini karena, sebagaimana dinyatakan Abdurrahman bin al-Mahdi, “Tak ada seorang pun di kalangan penduduk Syam yang paling memahami as-sunnah selain al-Awza’i”
Selain termasuk ulama terkemuka dalam keilmuan, al-Awza’i juga terkemuka dalam ibadah. Terkait ini, Abu Mashar berkata, “Al-Awza’i biasa menghidupkan malamnya dengan banyak melakukan shalat tahajud, banyak membaca al-Quran dan banyak menangis. Bahkan sebagian penduduk Kota Beirut bercerita bahwa pada suatu hari ibunya memasuki rumah al-Awza’i dan memasuki kamar shalatnya. Ibunya mendapati tempat shalatnya basah karena air mata tangisan dia pada malam harinya (Al-‘Ibr, 1/227; Masyâhîr ‘Ulamâ’ al-Amshâr)
Para ulama yang semasa dengan beliau juga mengatakan bahwa beliau adalah seorang ulama yang berani berterus terang dalam mengemukakan kebenaran kepada para penguasa (An-Nawawi, Tahdzîb al-‘Asmâ)
Imam adz-Dzahabi berkata, “Abdullah bin Ali adalah seorang penguasa #diktator yang banyak menumpahkan darah. Meski demikian, Al-Awza’i berani menentangnya dengan kata-katanya yang haq. Ia tidak seperti para ulama sû’ yang menganggap baik kezaliman penguasa, memandang kebatilan sebagai kebenaran, atau berdiam diri tidak menyampaikan kebenaran padahal mereka mampu”. Rahimahullahu Ta'ala, Imam Al Aza'i.